Bandarlampung (Netizenku.com): Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung mengatakan pihaknya kekurangan pasokan vaksin Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan setempat, Edwin Rusli, mengatakan vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini hanya cukup untuk suntik dosis pertama vaksinasi Covid-19 bagi kelompok masyarakat Pra Lansia yang usia 50 tahun lebih.
“Vaksin Covid-19 yang kita miliki saat ini bahkan sudah kekurangan sebenarnya untuk (dosis) vaksin keduanya. Tapi katanya sih minggu ini kita akan dapat vaksin lagi dari pusat,” kata Edwin Rusli kepada Netizenku.com, Rabu (16/6).
Dia menjelaskan stok vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk vaksinasi Pra Lansia masih vaksin yang didistribusikan lewat Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Kekurangan pasokan vaksin Covid-19 dari pusat, lanjut Edwin, tidak hanya dialami Kota Bandarlampung tapi juga seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Meski demikian pelaksanaan program tahapan vaksinasi di kota berjuluk Tapis Berseri ini masih memiliki persentase tertinggi se-Lampung.
“Bukan hanya di Bandarlampung tapi juga di 14 kabupaten/kota lainnya. Justru kalau di Lampung, (vaksinasi) Kota Bandarlampung yang tertinggi,” ujar Edwin.
Data vaksinasi masyarakat Kota Bandarlampung yang dimuat situs Kementerian Kesehatan RI saat diakses pada Rabu, 16 Juni 2021, menyebutkan vaksinasi dosis pertama mencapai 122.873 atau 10,56% dari target provinsi. Sementara yang mengikuti vaksinasi dosis kedua sebanyak 86.249 atau 7,41% dari target provinsi.
Beberapa kelompok masyarakat yang mengikuti program vaksinasi Covid-19 di antaranya:
Vaksinasi I :
– Pendidik (10.110) atau 2,27% dari target provinsi
– Lansia (23.224) atau 3,08% dari target provinsi
– Pra Lansia (0)
– Pelayan Publik (35.934) atau 8,07% dari target provinsi
– SDM Kesehatan (10.814) atau 2,43% dari target provinsi
– Wartawan dan Pekerja Media (163) atau 0,04% dari target provinsi
– Penyuluh Agama (368) atau 0,09% dari target provinsi
– Pedagang Pasar (6.233) atau 1,40%dari target provinsi
– Pegawai Pemerintah (11.809) atau 2,65% dari target provinsi
– Polri (3.209) atau 0,72% dari target provinsi
– TNI (223) atau 0,05% dari target provinsi
– Wakil Rakyat (31) atau 0,01% dari target provinsi
– Atlit (32) atau 0,01% dari target provinsi
– Masyarakat Rentan (1.334) atau 0,33% dari target provinsi
– Transportasi Publik (1.081) atau 0,26% dari target provinsi
– Pariwisata (20) atau 0,00% dari target provinsi.
Vaksinasi II
– Pendidik (9.244) atau 2,08% dari target provinsi
– Lansia (19.309) atau 2,56% dari target provinsi
– Pra Lansia (0)
– Pelayan Publik (16.989) atau 3,81% dari target provinsi
– SDM Kesehatan (9.958) atau 2,24% dari target provinsi
– Wartawan dan Pekerja Media (146) atau 0,04% dari target provinsi
– Penyuluh Agama (299) atau 0,07% dari target provinsi
– Pedagang Pasar (2.376) atau 0,53% dari target provinsi
– Pegawai Pemerintah (10.787) atau 2,42% dari target provinsi
– Polri (2.657) atau 0,60% dari target provinsi
– TNI (154) atau 0,04% dari target provinsi
– Wakil Rakyat (32) atau 0,01% dari target provinsi
– Atlit (29) atau 0,01% dari target provinsi
– Masyarakat Rentan (0)
– Transportasi Publik (282) atau 0,07% dari target provinsi
– Pariwisata (8) atau 0,00% dari target provinsi.
Dari data tersebut, Edwin Rusli menyampaikan persentase vaksinasi kedua lebih kecil karena vaksin Covid-19 diberikan secara bertahap.
“Kenapa persentase vaksinasi dosis kedua lebih kecil, sebenarnya bukan lebih kecil, karena kita memberikannya secara bertahap. Artinya belum saatnya untuk dosis yang kedua,” tutup dia. (Josua)