Bandarlampung (Netizenku): Ada hal unik bila memasuki Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Di kawasan kampus bernuansa alami tersebut, terdapat sebuah bangunan bertingkat yang cukup menarik perhatian.
Di dalamnya tinggal 304 mahasantri -sebutan bagi mahasiswa yang menghuni asrama- yang menjalani keseharian dengan pola dan kedisiplinan ala santri di pondok pesantren. Nama asrama mahasiswa itu adalah Ma’had Al-jami’ah, yang merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) UIN Raden Intan.
Peserta didik yang menghuni Ma’had merupakan mahasiswa aktif UIN semester 1 sampai semester 4. Sedangkan yang sudah semester 5 tidak lagi menjadi mahasantri, melainkan sebagai pengurus. \”Tentu tidak semua mahasiswa kampus ini bisa diakomodir Ma’had karena keterbatasan daya tampung,\” jelas staf administrasi dan pengajar tutorial (mengkaji kitab), Ustadz Asep kepada Netizenku.com, Sabtu (24/2).
Sementara bagi yang berminat menjadi penghuni asrama ini, sambung dia, mesti melalui beberapa tahapan. Di antaranya mengikuti tes tertulis dan wawancara. Asep menguraikan, untuk tes tertulis berkaitan dengan pengetahuan keagamaan. Sedangkan tes lisan termasuk di dalamnya tes membaca Al-qur’an, hafalan surah-surah pendek, serta tes bahasa Arab dan Inggris. \”Tes berikutnya yakni tes minat bakat,\” katanya.
Kemampuan penguasaan bahasa Arab dan Inggris bagi penghuni Ma’had Al-jami’ah memang mendapat perhatian tersendiri. Tak heran kalau mahasantri diberikan bekal pembelajaran khusus kedua bahasa asing tersebut. Asep menambahkan, Ma’had juga menyediakan wadah bagi mahasantri yang memiliki minat dan bakat terhadap bidang jurnalistik, kaligrafi, tilawah, tahfidz dan hadroh.
\”Di asrama ini bukan hanya sekadar tempat domisili mahasiswa UIN Raden Intan, tetapi juga mengemban misi sebagai pusat pemantapan akidah dan akhlak, serta pengembangan ilmu dan tradisi kelislaman untuk melahirkan sarjana muslim yang memiliki keunggulan di bidang ilmu keislaman,\” urainya.
Dia juga menyebutkan, dari 304 mahasantri yang ada 97 di antaranya adalah mahasantri semester 4, sedangkan 207 mahasantri lainnya kuliah pada semester 2, dan terakhir tak kurang ada 34 pengurus.
Kedisiplinan tingkat tinggi di lingkungan Ma’had Al-jami’ah agaknya tidak sia-sia. Setidaknya manfaatnya dirasakan langsung oleh para mahasantri. Seperti diakui Afriyanti, salah satu mahasantri yang pernah didapuk sebagai “the best student 2016 di Ma’had Al-jami’ah”.
\”Soal kedisiplinan di sini disiplin banget. Mulai urusan dari bangun tidur, mendirikan shalat wajib secara berjamaah, serta shalat sunah termasuk tahajud, dilakukan secara rutin. Alhamdulillah dampaknya sangat positif buat pribadi kami,\” katanya. (Yesi Putri Lestari)