Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Wakil sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung, Maskut Candranegara, mencalonkan diri sebagai bakal calon legislatif (Bacaleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) daerah pemilihan 1 Kecamatan Tulangbawang Tengah.
Di jumpai di kampung halamannya, di Tiyuh Candramukti kecamatan Tulangbawang Tengah, Mantan Wakil sekretaris jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) tersebut, mengaku gerah dengan perkembangan pemberitaan menjelang memasuki tahun politik 2019 ini, khususnya di berbagai media mainstream maupun Medsos tentang sikap sejumlah oknum Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) yang terang terangan melakukan politisasi NU untuk kepentingan-kepentingan politik praktis, seperti Pilkada maupun Pileg serta Pilpres.
\”Sebagai warga NU, sudah sepatutnya saya mengecam keras ulah sejumlah oknum pengurus PBNU yang menjadikan NU alat politik Parpol sehingga menafikan asas kesantunan, kepatutan dan keadaban yang selama ini menjadi tradisi para santri,\” ujar pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia ini kepada Netizenku.com, Rabu (8/8).
Maskut, mengingatkan bahwa tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama\’ yang dipelopori oleh Hadratussyaikh, KH. Hasjim Asy\’ari dan ulama-ulama terdahulu hakekatnya adalah sebagai Jam\’iyyah Diniyah Ijtima\’iyah (Organisasi sosial Keagamaan) yang konsen menjaga ajaran Islam Ahlussunnah WaI-Jama’ah An-Nahdliyah di Indonesia sekaligus merawat semangat ke Indonesia-an.
\”Secara institusional Jam\’iyyah Nahdlatul Ulama\’ bukan partai politik, sehingga tidak patutlah apabila struktural NU di semua tingkatan menjadi corong dari partai politik manapun dalam meraih kepentingan kelompok yang bersifat sesaat, karena NU secara institusi seharusnya lebih mengutamakan peran sebagai penjaga dinamisasi politik kebangsaan dan bukan partisan,\” tegasnya.
Untuk itu, dirinya menghimbau kepada struktural kepengurusan NU di semua tingkatan untuk tetap berperilaku arif dan bijaksana dalam merespon dinamika politik yang terjadi di internal warga NU dan masyarakat dengan mengedepankan semangat adil, tawassuth, tasammuh, i’tidal sejalan dengan Mabadi’ Khoiru Ummah yang menjadi pedoman warga Nahdlatul Ulama’.
\”Hakekatnya Nahdlatul Ulama\’ juga menjadi “Rumah Besar” bagi semua warga NU yang beraneka ragam pilihan politiknya sebagai bagian hak pribadi yang harus dihargai. Sehingga tidak ada kesan keberpihakan dan diskriminasi diantara kelompok satu dan lainnya yang dilakukan oleh elit struktural kepengurusan NU di semua tingkatan,\” kata dia.
Secara tegas dirinya menjamin warga NU akan selalu taat pada pemerintah yang sah dan apabila melakukan amar ma\’ruf nahi mungkar dengan mengkritisi kebijakan pemerintah selalu dalam koridor kritik yang santun, konstruktif, obyektif dan memberikan alternatif solusi. (Arie)