Ada pameo yang bilang, Indonesia bakal mudah dipersatukan (kembali) kalau punya satu musuh bersama. Apakah Corona merupakan jawaban dari pameo tersebut?
Mestinya, iya. Kalau mengingat virus corona sudah menyebar ke seantero Nusantara. Tapi bagaimana realitanya? Ya, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena masih ada saja yang gengsi menerima masukan. Sedangkan yang lainnya masih sempat-sempatnya nyinyir tidak pada tempatnya (memang ada ya, nyinyir yang pada tempatnya?).
Tapi syukurnya, para pembesar di negeri ini, setidaknya sudah punya satu kesepakatan. Bahwa corona memang telah hadir di tengah-tengah kita. Bukan hoaks! Meski, banyak kalangan menyayangkan, kesadaran itu datangnya agak terlambat! Tapi ya sudahlah. Toh, sudah terlanjur.
Syukurnya lagi, walau sempat celingak-celinguk kebingungan harus berbuat apa, pemerintah pusat dan daerah kembali menyusun kesepakatan. Masing-masing mereka bersedia merogoh kocek untuk ‘bantingan’ urunan membiayai tanggap darurat penanganan corona. Cakep. Rakyat agak lega dibuatnya. Kehadiran pemerintah mulai dirasakan.
Data pemberitaan menunjukkan, Pemerintah RI disebut-sebut bakal menggelontorkan Rp 405,1 triliun. Duit itu diperuntukkan buat mengongkosi bidang kesehatan, jaring pengaman sosial, insentif perpajakan dan stimulus KUR, hingga program pemulihan ekonomi. Mantap!
Itu kalau pemerintah pusat. Gambaran lain bisa ditengok dari kesediaan Pemprov Jawa Barat. Usai Gubernur Ridwan Kamil bersepakat dengan Wakil Rakyat di gedung dewan, diperoleh keterangan ada fulus Rp18 triliun yang akan segera diloloskan dari pundi-pundi keuangan daerah.
Rencananya, Rp 4T sampai Rp 5T dari dana itu, akan dipakai selama masa tanggap darurat. Implementasinya sebagai jaring pengaman untuk rakyat yang tidak berpenghasilan. Sedangkan Rp 13T berikutnya dipakai buat mendanai
program padat karya.
Selanjutnya, bisa pula menengok respon Pemprov Lampung. Menurut Gubernur Arinal Djunaidi, ada anggaran Rp246M yang bisa dipakai Lampung buat penanganan wabah corona. Duit yang berasal dari APBD (Rp135M) dan APBN (Rp111M) itu, akan digunakan untuk penyelesaian sarana/prasarana yang diperlukan dalam mendukung proses penyembuhan korban Covid-19.
Berikutnya uang yang ada bisa pula dipakai untuk kegiatan yang diistilahkan Arinal sebagai “keprotokolan kesehatan”. Semua rentetan kegiatan itu, disebutnya pula sebagai bagian dari penanganan jangka pendek.
Tak ubahnya baju yang ada lengan pendek dan panjang, ternyata Arinal juga telah mempersiapkan program jangka panjang. Cakupan dari tahapan ini meliputi penanganan dampak corona yang mengimbas pada ekonomi, keamanan dan politik di Lampung. Wuih, pokoknya segala hal sudah tertera di atas kertas. Rapih tercatat.
Cukup senang hati ini mendapati perkembangan tersebut. Meski titik terang vaksin corona belum juga menampakkan batang hidungnya, tapi paling tidak pemerintah kita punya ‘amunisi’ buat dipakai berperang memberangus musuh bersama itu. Miris campur ciut juga nyali kita, kalau sampai melihat anak bangsa berlaga memerangi virus corona hanya berbekal ‘bambu runcing’. Amit-amit, deh!
Setidaknya, jangan sampai lagi terbetik kabar masih ada tenaga medis yang terpaksa pakai jas hujan bermotif polkadot saat menangani pasien positif corona. Atau pasien positif disuruh balik ke rumah, lantaran keterbatasan ruang isolasi.
Tapi yang tidak kalah mengkhawatirkan sesungguhnya, jangan sampai pula dana yang sesungguhnya masih terbilang minim -dibanding skala wabah dan dampak luas yang ditimbulkan- ini justru dijadikan peluang bancakan.
Nanti dulu, jangan lekas berang alias sumbu pendek. Jangan salahkan kalau ada apriori akan hal tersebut. Mengingat banyak pelajaran di negeri ini yang menunjukkan selalu saja ada “Raja Tega” yang muncul di tengah musibah.
Jangan bermain peran watak. Berlagak seperti pahlawan penyelamat, tapi di kepalanya sudah menyembul tanduk jahat, seraya tangannya menyelipkan anggaran di lipatan lengan baju. Anggaran sosial belum dibagi, tapi diri sudah menyisihkan fee. Sungguh bedebah, kalau itu sampai terjadi! (*)