Bandarlampung (Netizenku.com): Wali Kota Bandarlampung, Eva Dwiana, meninjau hari pertama pelaksanaan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan ketat di masa pandemi Covid-19, Senin (13/9).
“Kita lihat sejumlah sekolah yang ditunjuk untuk melakuian PTM terbatas dan alhamdullilah mereka sudah sesuai prokes,” kata Eva Dwiana saat meninjau simulasi PTM terbatas di SMPN 2 Bandarlampung.
Hari pertama PTM terbatas, Wali Kota dan rombongan meninjau SDN 2 Rawa Laut (Enggal), SMPN 1 Enggal, SMPN 9 Tanjungkarang Pusat, SMPN 2 Rajabasa, SD/SMP Al-Kautsar Rajabasa.
Wali Kota menjelaskan seluruh sekolah di Kota Bandarlampung akan melakukan PTM terbatas secara bertahap apabila uji coba berjalan lancar.
Sementara ini, hanya 51 sekolah saja yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka sesuai instruksi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat dalam surat perintah tugas (SPT) Nomor: 800/1269/IV.40/2021 tertanggal 10 September 2021.
“Jadi untuk sekarang karena masih uji coba baru 2 jenjang sekolah per kecamatan yang ditunjuk untuk PTM terbatas, baik SD maupun SMP,” ujar dia.
Baca Juga: Terkendala Kuota Daring, Orang Tua Dukung PTM Terbatas
Wali Kota menegaskan siswa yang mengikuti uji coba PTM terbatas adalah siswa yang telah mendapatkan izin dari orang tua/wali.
Bagi siswa yang belum diizinkan orang tua/wali murid maka pembelajaran akan dilakukan secara dalam jaringan (daring) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kota Bandarlampung, M Badrun, mengatakan sekolah yang akan menggelar PTM terbatas harus melengkapi sarana dan prasarana protokol kesehatan (prokes) 5M.
“Prokes di sekolah harus dipenuhi oleh mereka (sekolah yang ditunjuk). Jadi nanti setelah uji coba ini berjalan bagus maka berikutnya akan kita tentukan sekolah yang PTM, akan ditambah atau bagaimana,” kata dia.
Badrun yang juga Kepala SMPN 2 Bandarlampung ini mengungkapkan jika terjadi kasus Covid-19 di sekolah, maka PTM terbatas akan dihentikan sementara.
“Yang berhenti satu kelas saja dan disterilkan ruangan kelasnya. Kemudian akan kita lakukan penelusuran (tracing) dengan tes antigen. Bila semua sudah aman maka kelas itu boleh (buka) lagi,” tutup dia. (Josua)