Bandarlampung (Netizenku.com): Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 19,4 persen menjadi 11 persen. Kendati demikian Walikota Bandarlampung, menargetkan prevalensi stunting kembali turun menjadi 8 persen.
walikota Bandarlampung, Eva Dwiana mengatakan untuk mengejar target itu pihaknya akan membangun kerja sama lintas sektor. Sebab, menurutnya masalah stunting tidak bisa diselesaikan pemerintah sendirian.
Pemkot Bandarlampung akan menyasar kelompok remaja untuk memberikan edukasi mengenai stunting. Menurutnya, remaja sebagai calon orang tua penting memiliki pengetahuan tersebut agar bayi tidak lahir stunting.
“2023 ini pemerintah upayakan bisa turun jadi 8 persen, karena kalau zero tidak mungkin,” ujarnya kepada awak media di Aula Gedung Semergou, Senin (6/2).
Pihaknya optimis bisa mencapai target tersebut selama 2023. Terlebih, kata Eva, pemerintah pusat telah menyediakan anggaran Rp 7 miliar untuk membantu Kota Bandar Lampung menangani stunting.
Pihaknya akan menyediakan layanan KB dan kesehatan untuk menyentuh masyarakat yang tinggal di wilayah pelosok. Hal itu dilakukan dengan menyediakan mobil KB yang akan berkeliling menemui masyarakat yang sulit mengakses layanan kesehatan.
“Nanti pemerintah akan membeli mobil KB. Bukan hanya untuk KB, tapi juga pelayanan kesehatan. Ini untuk menyentuh wilayah pelosok Kota Bandar Lampung,” kata dia.
Hal tersebut lebih kecil dari yang ditargetkan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo yakni 10 persen. Kemudian ia juga menambahkan, pemerintah perlu memberikan edukasi kepada orang tua terkait gizi anak. Anak harus mengikuti imunisasi dasar dan mendapat ASI agar tidak terkena stunting.
Hasto Wardoyo menuturkan, saat ini banyak orang tua yang merasa sibuk dan tidak sempat mengurus anak. Sehingga kebanyakan anak hanya diberikan susu formula.
“Padahal yang direkomendasikan adalah makanan pendamping ASI, jadi ASI-nya tetap diberikan,” tutupnya. (Luki)