Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Dewan juri Anugerah Kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, terpesona setelah mendengarkan presentasi Bupati Tulangbawang Barat (Tubaba), H. Umar Ahmad, SP tentang pembangunan berbasis Kebudayaan yang telah dilakukan dan sedang ditata di kabupaten yang ia pimpin.
Presentasi dilakukan Bupati Tubaba di ruang rapat utama PWI Pusat lantai 4 gedung Dewan Pers Jakarta, Kamis (9/1) sekitar pukul 15.00 WIB. Setelah bupati memaparkan konsep pembangunan yang digagas dan telah dilakukan, keempat orang dewan juri bertepuk tangan dan menyampaikan apresiasinya.
\”Sangat menarik sekali dengan apa yang disampaikan oleh pak Umar. Apalagi tentang konsep pembangunan yang berjudul \”Menuju Tubaba: Pulang ke Masa Depan\” ini sangat menarik, saya minta bapak jelaskan maknanya?\” ungkap Agus Demawan T, pengamat sekaligus penulis seni budaya dan pariwisata kepada Umar Ahmad.
Lanjut budayawan senior itu, setelah mempelajari materi dan fakta yang ada, terdapat bangunan-bangunan yang khas, unik dan menurutnya bernilai seni tinggi.
\”Itu gagasan siapa dan siapa yang membuatnya, dan saya dengar ada kegiatan di Tubaba yang digagas oleh almarhum mbah Suprapto budayawan senior asal Solo, beliau telah meninggal dunia, lalu siapa yang akan menggantikannya. Kalaupun berkenan mungkin dari tim kami siap ke Tubaba,\” tanyanya lagi kepada Umar sambil bercengkrama di ruang presentasi gedung Dewan Pers Jakarta.
Sedangkan Ninok Leksono, dari Media Kompas sekaligus Rektor Universitas Multimedia Nusantara, menyampaikan ungkapan terpesonanya atas pemaparan bupati Tubaba.
\”Saya kalau mendengarkan penjelasan pak Bupati Tubaba, dari beberapa penjelasan yang lain, saya sangat terpesona sekali, sebab begitu intens keterlibatannya dalam mewujudkan yang ada. Biasanya kalau bupati itu lebih ke polisnya, nah ini beda menurut saya, itu bagaimana pak pendekatan yang bapak lakukan sehingga begitu mudahnya mengedepankan pembangunan berbasis kebudayaan?,\” ungkap wartawan senior itu.
Sedangkan Yusuf Susilo Hartono, Pengurus PWI Pusat sekaligus Pemred Majalah Galeri, mengharapkan bupati dapat menjelaskan kiat-kiatnya dalam menjalin komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat terutama DPRD Tubaba.
\”Dari semua konsep pembangunan berbasis Kebudayaan yang telah dilakukan, tentunya peran masyarakat dan DPRD Tubaba sangat penting merealisasikan yang diharapkan oleh bapak, itu bagaimana bisa mudah mengimprovisasikan semua konsep itu, ini realita yang bisa menjadi contoh di Indonesia,\” kata Yusuf Susilo Hartono.
Sedangkan ketua dewan juri, Nungki Kusumastuti, seniman dan aktor film sekaligus Dosen Institut Kesenian Jakarta, merangkap direktur IDF, menyampaikan kekagumannya atas pencapaian pembangunan bupati Tubaba.
\”Luar biasa, ini sudah melebihi waktu yang ditetapkan. Nampaknya Tubaba ini terbentuk karena identitas alam semesta, percayalah itu konsep alam semesta. Sebelum saya dan tim juri ini mendengar langsung dari bapak Umar Ahmad, melalui proposal yang sudah kami pelajari itu luar biasa, dan setelah bertemu dan mendengarkan langsung semakin kagum,\” ujar Nungki diakhiri presentasi Umar Ahmad
Menurut Nungki, dari apa yang tertulis dan dipaparkan oleh bupati Tubaba, daerah itu tidak memiliki potensi alam apapun, sehingga harus membangun dengan konsep kebudayaan, yang berekologi.
\”Tubaba tidak ada pegunungan, laut dan apapun, melainkan harus lebih terhadap membangun manusianya, dan itulah budaya, sehingga akan membuka semua orang untuk datang ke Tubaba. Kalau menurut saya ini salah silakan dikritisi, sebab dengan konsep pembangunan bapak itu dapat membuat wajah baru kota di Indonesia dan harus kita apresiasi,\” jelas Nungki
Dalam presentasi, Umar Ahmad menghabiskan waktu sekitar satu jam, memaparkan konsep pembangunan berbasis kebudayaan sekaligus menjawab berbagai pertanyaan dewan juri.
\”Saya sangat bersyukur pembangunan Tubaba tidak lepas dari keterlibatan para arsitektur Ternama, banyak karya mereka yang telah diberikan kepada Tubaba secara fisik membantu kami di Tubaba,\” kata Umar
Menurutnya, apa yang telah dilakukan hari ini di Tubaba, tidak lain adalah langkah menuju Tubaba.
\”Dan karena Tubaba adalah masa depan, maka kami menamai perjalanan ke arah sana sebagai pulang ke masa depan, sebuah perjalanan mudik ke kampung halaman yang kami rindukan. Jadi, kami sekarang sedang melatih diri sendiri agar kami bisa memenuhi kualifikasi sebagai warga Tubaba, agar kami cocok dengan ekosistem Tubaba, dan agar kami layak memiliki identitas diri sendiri sebagai orang Tubaba,” pungkasnya. (Arie)