Bandarlampung (Netizenku.com): Direktur Eksekutif YKWS (Yayasan Konservasi Way Seputih) Febrilia Ekawati menegaskan air merupakan kebutuhan dasar manusia.
\”Akses air yang layak dan mudah diperoleh masyarakat akan memberikan dampak positif terhadap kualitas kesehatan, dan juga produktivitas masyarakat,\” kata Febrilia saat dihubungi di Bandarlampung, Senin (22/3), terkait peringatan Hari Air Sedunia 2021 dengan tema \’Valuing Water\’ atau \”Arti Air\” bagi manusia.
Data Dinas Kesehatan Bandarlampung pada 2019 menyebutkan kasus kematian bayi 2015 (23), 2016 (54), 2017 (47), 2018 (47), 2019 (36) kasus.
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yakni masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, buruknya kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi serta kondisi perumahan yang tidak sehat, belum optimalnya pemanfaatan Posyandu di samping determinan sosial budaya lainnya.
Prasarana dasar kawasan permukiman belum berfungsi dengan baik di antaranya akses sarana air bersih masih rendah, masih banyak rumah tangga yang belum mendapatkan akses Sumber Air Bersih
dan Sumber Air Layak.
Febrilia mengatakan rumah tangga yang memiliki akses air minum 728.591 atau sekitar 68,79% dari 1.059.108 jiwa jumlah penduduk Kota Bandarlampung.
\”Air harus tersedia dan bisa diakses 24 jam, layak dikonsumsi dan tidak tercemar. Pengelolaan air standar minimal dengan perebusan atau dimasak,\” ujar dia.
Terkait pencemaran, Febrili menjelaskan ada dua hal yang berkontribusi terhadap pencemaran air di Kota Bandarlampung yaitu pencemaran dari limbah domestik dan pencemaran dari limbah industri.
\”Dari limbah domestik itu indikatornya dapat kita ukur dari kandungan bakteri E Coli yang terkandung pada air di sungai-sungai dan sumur-sumur (air permukaan),\” kata dia.
Di Bandarlampung, lanjut Febrilia, jarak antara sumur dengan penampungan tinja atau septic tank rata-rata kurang dari 4 meter.
\”Ini mengindikasikan kualitas air tanah (air permukaan) memiliki potensi paparan bakteri E Coli cukup tinggi,\” tegasnya.
Pemerintah juga diminta untuk mampu mengelola dan melindungi sumber-sumber air di daerah resapan karena Kota Bandarlampung setiap musim penghujan selalu terjadi banjir di beberapa wilayah.
Ketersediaan air bersih dan sanitasi layak menjadi satu dari 17 sasaran pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Upaya pencapaian target SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional, yang memerlukan sinergi kebijakan perencanaan di tingkat nasional dan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
\”Pemerintah kota harus punya rencana pengamanan air minum untuk menjamin ketersediaan di masa mendatang dengan memelihara dan melakukan upaya konservasi air dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Dan masyarakat juga harus bijak menggunakan dan menjaga air,\” kata dia. (Josua)