Bandarlampung (Netizenku.com): Inflasi year on year (yoy) 1,5 persen di Lampung pada November 2024 didorong oleh inflasi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau (MMT) sebesar 1,70 persen hingga memberikan andil paling besar, yakni 0,55 persen terhadap inflasi tahunan provinsi ini.
Inflasi juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,97 persen; kelompok perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga 0,68 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,04 persen; kelompok kesehatan 1,38, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 0,80 persen; kelompok pendidikan 5,67 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,03 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,55 persen.
Namun inflasi di luar kelompok makanan, minuman dan tembakau ini hanya memberikan andil rendah dalam kisaran di bawah nol (deflasi) hingga 0,19 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks (deflasi), yaitu: kelompok transportasi sebesar 0,65 persen; dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,59 persen.
Inflasi yoy pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,70 persen akibat terjadinya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) daru 110,31 pada November 2023 menjadi 112,18 pada November 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung melaporkan bahwa subkelompok yang mengalami inflasi yoy tertinggi terjadi pada subkelompok minuman tidak beralkohol sebesar 17,85 persen dan terendah pada subkelompok rokok dan tembakau sebesar 8,01 persen.
BPS Lampung merinci komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yoy, yaitu: bawang merah sebesar 0,42 persen; kopi bubuk sebesar 0,30 persen; sigaret kretek mesin (skm) sebesar 0,24 persen; bawang putih sebesar 0,18 persen; minyak goreng sebesar 0,10 persen; cumi-cumi dan sigaret kretek tangan (skt) masing-masing sebesar 0,09 persen; daging ayam ras sebesar 0,05 persen; ayam hidup; sigaret putih mesin (spm); dan tomat masing-masing sebesar 0,04 persen; gula pasir; buah naga; dan ikan nila masing-masing sebesar 0,03 persen; pepaya; makanan ringan/snack; garam; dan roti manis yang masing-masing sebesar 0,02 persen; ikan patin; dan ice cream masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi yoy, yaitu: cabai merah sebesar 0,56 persen; cabai rawit sebesar 0,22 persen; beras sebesar 0,15 persen; terong sebesar 0,07 persen; jeruk sebesar 0,05 persen; telur ayam ras sebesar 0,04 persen; cabai hijau; kangkung; dan tempe masing-masing sebesar 0,03 persen; wortel; dan pisang masing-masing sebesar 0,02 persen; susu bubuk; susu bubuk untuk balita; dan daging sapi yang masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen.(iwa)