Pemilihan gubernur (pilgub) Lampung urung dramatis. Bila sebelumnya kencang bertiup isu pasangan calon (paslon) Rahmat Mirzani Djausal (RMD) dan Jihan Nurlela bakal melenggang tanpa tanding, selain melawan kotak kosong, belakangan muncul paslon Arinal Djunaidi-Sutono. Hanya saja banyak kalangan mempertanyakan. Kok, paslon yang diusung PDI Perjuangan ini “sepi-sepi saja”. Nyaris tak terlihat sosialisasinya. Kalah sebelum bertanding?
Bandarlampung (Netizenku Network): KERAGUAN serupa itu wajar timbul. Terlebih melihat hingar bingar dan masifnya sosialisasi paslon RMD-Jihan. Sosialisasi di ruang terbuka tak perlu disangkal lagi. Nyaris seluruh titik strategis mulai dari jalan protokol di Ibukota Lampung hingga ruas-ruas jalan pemukiman bertebaran baliho berukuran raksasa. Wajah RMD tampil dimana-mana.
Beringsut ke daerah-daerah seantero Sai Bumi Ruwa Jurai pemandangan serupa juga mudah ditemui. Tak hanya baliho dan banner, posko-posko pemenangan paslon yang diusung Partai Gerindra itu, juga ramai bercokol bak jamur dimusim penghujan.
Itu baru bicara sosialisasi pada ruang terbuka. Di dunia maya gerakan masif pun berlangsung. Media-media sosial yang menjadi pendengung RMD merangsek memadati gawai-gawai milik warga melalui aplikasi instagram, facebook dan tiktok. Tak ketinggalan juga “berdagang” di grup-grup WhatsApp.
Tidak berhenti sampai di situ. Kengototan bersosialisasi juga dititipkan pada media-media massa. Mulai dari cetak terlebih di portal-portal berita. Pun demikian dengan kanal-kanal YouTube. Pendek kata, tiada hari tanpa pemberitaan RMD-Jihan.
Sebaliknya dengan paslon Arinal Djunaidi-Sutono yang bersepakat menyebut kolaborasi keduanya dengan sebutan Ardjuno (akronim nama). Jika mengklik di beranda mesin pencarian google, kita hanya akan mendapati pemberitaan keduanya pada fase pra dan saat mendaftar ke KPU, Kamis (29/8) lalu. Selanjutnya zonk. Tak ditemukan pemberitaan sosialisasi mereka.
Saat hal ini dipertanyakan kepada Sutono, calon wakil gubernur yang sebelumnya juga pernah mendampingi Herman HN pada pilgub 2018, mengawali tanggapannya dengan senyuman. “Begitu, ya?” ujarnya usai mengetahui betapa agresifnya sosialisasi yang dilakukan “kubu sebelah”.
Sutono melanjutkan, menurutnya tiap paslon memiliki perhitungan dan strategi masing-masing. “Itu soal kemauan dan kemampuan,” imbuhnya lagi. Maksudnya, sambung dia, kalau memang mau gencar bersosialisasi itu hak paslon. Terlebih bila memiliki sumberdaya atau kemampuan untuk mewujudkannya. “Jadi itu lumrah saja,” katanya, Minggu (8/9/2024).
Hanya saja, imbuhnya, bukan berarti pihaknya “sepi-sepi saja” seperti persepsi yang banyak mengemuka. “Nggaklah. Kita tidak diam-diam juga. Bapilu PDI Perjuangan sedang bekerja, kok,” ungkapnya.
Sutono menjelaskan, dirinya bersama Arinal Djunaidi yang diusung PDI Perjuangan bukan hanya sekadar ikut kontestasi pilgub. Tapi mengemban mandat untuk menang. “Spirit PDI Perjuangan enggak pernah maju ke gelanggang cuma sekadar maju. Tapi juga berbekal tekad mental untuk menang,” urainya.
Karena kepingin menang, tambah Sutono, maka setiap gerak langkah mesti diperhitungkan secara cermat. Apalagi diakuinya pihak Ardjuno memang “kalah start” bersosialisasi. Tapi Sutono berkeyakinan, urusan pilgub bukan hanya semata adu cepat-cepatan. Tapi poin presisi juga perlu menjadi perhatian khusus.
“Kami bukan sekadar ingin tampil. Tapi kami mau hadir di tengah masyarakat untuk menyerap aspirasi. Sehingga bila nanti Allah mengizinkan kami memenangkan pilgub, saya bersama Pak Arinal bisa melanjutkan program-program Beliau selama menjadi gubernur periode lalu, sambil melakukan penyempurnaan, tentunya. Oleh karenanya, selain sebentar lagi sosialisasi, gerakan kami juga akan lebih menukik berinteraksi langsung dengan masyarakat. Hingga pelosok pedesaan yang menjadi basis pendukung. Bukankah tak kenal maka tak sayang,” papar Sutono.
Mantan birokrat dan sekarang selaku sekretaris umum DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung ini, mengatakan, “Jadi, tunggu saja tanggal mainnya,” pungkasnya ,seraya mengulas senyum.
“Panglima” Ardjuno
Layaknya panglima yang memimpin pasukan dalam kancah pertempuran, urusan pemenangan pasangan calon (paslon) Arinal Djunaidi dan Sutono (Ardjuno) juga berada di pundak Umar Ahmad.
Posisinya di struktur DPD PDI Perjuangan Lampung, selaku ketua Bappilu (badan pemenangan pemilu), memandatkan pada lelaki yang biasa disebut UA itu, untuk berada di garis terdepan dalam kontestasi pemenangan Ardjuno pada pilgub mendatang.
“Awalnya Pak Umar tidak bersedia jadi ketua tim pemenangan,” terang Wakil Ketua PDI Perjuangan Lampung, Watoni Nurdin, kepada awak media, beberapa waktu lalu.
Dia mengemukakan, keengganan itu lantaran UA menganggap banyak tokoh lain di partai yang lebih berkompeten dibanding dirinya. “Tapi karena ini sudah menjadi kesepakatan pengurus partai, keputusan bersama, akhirnya Beliau menerima,” kata Watoni.
Menurutnya, pilihan bersama atas UA merupakan pilihan tepat. “Kita sama-sama tahu integritas dan kemampuan Pak Umar. Beliau memang pas mengisi posisi strategis itu,” imbuhnya.
Sementara pasca menanggung mandat partai tersebut, UA melangsungkan pertemuan bersama para relawan. Relawan yang dimaksud adalah para pendukung UA ketika sebelumnya sudah terbentuk secara organik untuk mendukung dirinya maju di kancah pilgub mendatang.
Jumlah relawan yang berada di barisannya tidak bisa diremehkan. Jumlahnya banyak. Menyebar hingga ke pelosok daerah. Namun karena UA urung maju, maka keberadaan para relawan ini perlu dijelaskan.
“Datang tampak muka, pergi tampak punggung,” sergah Umar Ahmad saat berjumpa perwakilan komunitas relawan pendukungnya yang dilangsungkan di kediamannya, Enggal, Jumat (6/9/2024) sore.
Maksudnya, UA ingin menjelaskan bahwa dirinya urung maju di pilgub. “Jadi atas semua hal yang diberikan dan disumbangkan oleh tim yang pernah bergabung, pernah menempatkan saya secara pribadi di hati, pikiran dan tindakan, saya mengucapkan terima kasih,” katanya.
Dia juga menyampaikan permohonan maaf karena belum mampu memenuhi harapan para relawan. “Pada kesempatan ini kita juga saling silaturahmi,” ucapnya.
Saat ditanya akan diarahkan kemana potensi dukungan para relawan yang sebelumnya mendukung dirinya, UA menjelaskan secara umum dia menyerahkan keputusan pada masing-masing relawan. Sebab, sambungnya, tiap relawan memiliki alat penilaian tersendiri terhadap paslon.
Namun, UA tidak menampik, kalau secara pribadi dan alur garis partai, dirinya tegak lurus terhadap keputusan PDI Perjuangan yang telah merekomendasikan Arinal Djunaidi dan Sutono maju sebagai pasangan pada pilgub mendatang.
Dirinya juga tak memungkiri, ada beberapa relawan yang memutuskan untuk menjatuhkan dukungan terhadap calon lain. “Tapi sebagian besar secara sukarela menyatakan tetap bersama barisan saya,” kata UA.
Oleh karenanya, dia akan kembali menginventarisir secara konkrit relawan yang akan memberi dukungan pada Ardjuno. “Jadi kita data ulang. Biar pemetaannya menjadi konkrit”.
Ketika ditanya optimismenya dalam kapasitas sebagai ketua tim pemenangan Ardjuno, UA kembali menegaskan, “Kalau di PDI Perjuangan itu, ketika maju ke pemilihan umum, maka strategi yang paling utama dipakai adalah harus menang,” singkatnya. (*)