Bandarlampung (Netizenku): Komisi III DPRD Kota Bandarlampung, meminta pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Belleza tepati janji kepada warga sekitar.
Permintaan tersebut disampaikan wakil rakyat dalam hearing yang dihadiri Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan pihak RSIA Belleza. Selain itu Belleza juga diingatkan untuk menjalankan apa yang telah direkomendasikan DLH terkait Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
\”Saya tekankan pada pihak RSIA Belleza, supaya jangan hanya membuat janji-janji palsu, cuma sekadar memberi angin surga. Kalau sudah janji akan membuat sumur bor untuk mushola ya segera diwujudkan, karena hal itu merupakan salah satu bentuk CSR (corporate social responsibility-red) dari rumah sakit kepada warga,\” ujar anggota Komisi III, Agusman Arief, saat dengar pendapat, Kamis (8/3).
Dirinya juga menegaskan, agar rekomendasi instansi terkait untuk melakukan perbaikan drainase juga harus segera direalisasikan. Pada kesempatan itu Kabid Lingkungan Hidup, Cik Ali, menjelaskan bahwa tercemarnya mushala warga, bukan merupakan limbah RSIA Belezza, namun karena irigasi got yang kurang baik.
\”Hasil uji laboratorium yang kami lakukan menunjukkan air sumur warga masih dalam standar baku mutu. Jadi tidak ada kandungan limbah. Persoalan munculnya bau busuk lebih dikarenakan air comberan yang meresap melalui retakan drainase,\” kata dia.
Disinggung mengenai sistem penguraian bakteri pada IPAL RSIA Belleza, Cik Ali mengatakan sudah sesuai standarisasi. Padahal sebelumnya saat sidak ke rumah sakit bersalin itu beberapa waktu lalu, tim DLH sempat bersitegang dengan pihak rumah sakit terkait sistem penguraian bakteri tersebut, dimana tim DLH saat itu menyatakan sistem pengelolaan IPAL tidak maksimal.
Sementara dari pihak RSIA sendiri menyatakan kesiapannya menyelesaikan persoalan ini. \”Sebenarnya kami dengan warga tidak ada masalah. Selain itu kami juga sudah buka komunikasi dan sudah ada kesepakatan. Tapi nanti kami coba buat kesepakatan lagi,\” ungkap Manajer HRD RSIA Belleza, Sutikno.
Untuk mengingatkan kembali, ribut-ribut antara pihak rumah sakit dan warga ini berawal dari keluhan air sumur di mushola yang mendadak kotor dan berbau, sehingga tidak dapat digunakan untuk air wudhu. Warga curiga, kualitas air sudah tercemar oleh limbah medis rumah sakit, mengingat letak keduanya cukup berdekatan. Untuk mencari kepastian, pihak DLH lalu melakukan sidak dan pengambilan sampel sisa pengolahan limbah medis serta air sumur dari mushola. (Agis)