Bandarlampung (Netizenku.com): Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memperkenalkan langkah edukasi bagi kelompok wanita tani (KWT) di daerahnya untuk mengelola cabai menjadi produk turunan. Hal ini bertujuan untuk menjamin pasokan cabai bagi konsumsi masyarakat dan menjaga stabilitas harga di pasar.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Kusnardi, menjelaskan bahwa perhatian terhadap cabai menjadi krusial mengingat fluktuasi harga yang pernah terjadi.
“Komoditas cabai seperti cabai merah, cabai keriting memang sempat membuat inflasi. Sehingga akan dilakukan evaluasi jumlah produksi cabai hingga Desember mendatang, sekaligus dilakukan beberapa upaya untuk tetap menjaga ketersediaan pasokan,” katanya kepada awak media, Rabu (29/11).
Salah satu langkah utama dalam rencana jangka menengah adalah melalui edukasi pengolahan cabai menjadi produk turunan seperti bubuk cabai.
“Saat ini telah dilakukan edukasi tentang pengelolaan produk turunan dari cabai kepada KWT di daerah sentra produksi seperti di Lampung Selatan. Ini masuk dalam rencana jangka menengah. Dengan perluasan pelatihan pengolahan cabai menjadi bubuk cabai atau lainnya kepada gapoktan, dan petani,” tambah Kusnardi.
Edukasi ini diharapkan dapat mengurangi tindakan petani membuang cabai saat panen raya yang biasanya disebabkan oleh anjloknya harga. Langkah ini juga diharapkan mendukung pelaksanaan program hilirisasi komoditas lokal Lampung.
“Tidak hanya itu, tujuan dari edukasi pengeringan ini adalah agar saat panen harga cabai tidak anjlok. Beberapa waktu lalu saat panen raya cabai dijual hanya Rp8 ribu-Rp11 ribu per kilogram, dan saat musim kering seperti ini produk cabai bubuk bisa dilepas ke pasaran jadi konsumsi masyarakat tidak terganggu,” terangnya.
Menurutnya, dengan adanya pengolahan cabai segar menjadi cabai bubuk, nilai jual cabai petani dapat meningkat. Ini juga dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat untuk lebih memanfaatkan produk cabai olahan, sehingga ketergantungan pada cabai segar dapat berkurang.
“Dengan adanya hal tersebut, maka dari sisi produksi dan konsumsi terjaga sekaligus dapat menekan inflasi. Dari sisi produksi, petani tidak kebingungan mendapatkan pasar dan konsumsi masyarakat terpenuhi. Ini dilakukan dengan tujuan menjaga stabilisasi harga serta stok walau tidak panen,” tutupnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada 2022, produktivitas tanaman cabai di daerah ini sangat potensial. Untuk jenis cabai besar, luas panen mencapai 1.515 hektare dengan produksi 69.146 kuintal dan produktivitas 45,64 kuintal per hektare. Sementara cabai rawit memiliki luas panen 2.009 hektare, produksi sebanyak 111.934 kuintal, dan produktivitas 55,72 kuintal per hektare. Cabai keriting juga menunjukkan angka yang cukup tinggi dengan luas panen 3.153 hektare, produksi sebanyak 227.202 kuintal serta produktivitas 72,06 kuintal per hektare. (Luki)