Tulangbawang Barat (Netizenku.com): Pemkab Tulangbawang Barat (Tubaba) meletakkan batu pertama pembangunan Kota Budaya Uluan Nughik (Awal Kehidupan) dan Las Sengok (Hutan larangan) ditandai dengan dibangunnya Rumah Adat Suku Baduy, di Rawakebo Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulangbawang Tengah.
Sebelum melakukan peletakan batu pertama, masyarakat dari 11 suku yang ada di Tubaba melakukan penyambutan kedatangan tujuh (7) orang tokoh adat Suku Baduy, Kabupaten Lebak Provinsi Banten yang dipimpin Pu\’un Wak Amin dengan peppung (rapat) adat di Gedung Sesat Agung Bumi Gayo Ragem Sai Mangi Wawai di Komplek Islamik Center Tubaba.
Selesai peppung tokoh adat, Bupati setempat beserta jajaran pemerintah Tubaba, dan masyarakat menghadiri ritual meminta izin pembangunan Kota Budaya Uluan Nughik yang ditandai dengan pembangunan Rumah dan perkampungan Baduy di Ruas Jalan Calon Mapolres Tubaba.
\”Penyambutan Suku Baduy ini adalah penyambutan yang terbesar oleh suku Lampung khususnya Lampung Pepadun, dan Federasi Adat Marga Empat Tubaba. Semoga kehadiran Suku Baduy membawa rahmat dan barokah untuk kita semua. Ini juga menandai restu para tetua adat terkait rencana pembangunan kota budaya Uluan Nughik dan Las Sengok,\” ungkap Ketua Ferlderasi Marga Empat, Herman Artha, Selasa (17/7).
Herman Artha mengatakan, kedatangan Suku Baduy di Tubaba patut disambut dengan acara adat, menurutnya sejak ribuan tahun lalu Lampung dan Banten memiliki ikatan persaudaraan yang dipisahkan dengan meletusnya Gunung Krakatau, dikuatkan dengan telah berkunjungnya Bupati Tubaba Umar Ahmad ke Perkampungan Baduy beberapa tahun lalu. \”Mereka datang ke Tubaba juga membawa kenang-kenangan rumah adat yang akan dibangun di Kota Budaya Uluan Nughik,\” terangnya.
Sementara, Bupati Tubaba, Umar Ahmad mengatakan, dibangunnya Kota Budaya Uluwan Nughik dan Las Sengok lantaran Tubaba mencintai konektifitas antara manusia dan alam dengan mencontoh mengambil filosofi yang sudah dijalankan Baduy ratusan bahkan ribuan tahun lalu.
\”Luar biasa kebaikan Baduy kepada alam, kearifan lokal yang arkaik, membuat Tubaba ingin memetik kearifan Baduy dan hari ini didukung dengan warga Baduy memberi Rumah Adat Baduy dibangun di kabupaten ini,\” terangnya.
Umar mengatakan ada beberapa makna yang bisa dipetik dari Baduy yakni masyarakat Baduy memiliki kesederhanaan, dan kesederhanaan Baduy bagi kami adalah kesederhanaan yang sempurna, mereka secara fisik tampak sederhana tetapi pikiran dan hati mereka ada pikiran yang luar biasa, tindak tanduk mereka mencerminkan bahwa mereka memiliki peradaban yang sangat tinggi, bagaimana mereka menghormati kelestarian alam. Di sisi lain, ada filosofi kesetaraan masyarakat Baduy, jika kita membicarakan hari ketimpangan-ketimpangan antara si Kaya dan si Miskin, antara pejabat dan rakyat, pejabat bukan pejabat, namun bagi Baduy tidak ada ketimpangan mereka memiliki tanggungjawab yang sama dalam melestarikan alam, saling menjaga, serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada alam, antara kaya dan miskin hunian mereka juga sama-sama terbuat dari bilik bambu dan atap ilalang.
\”Nilai-nilai itu kita ingin ada yang dipetik untuk masyarakat Tubaba ke depan untuk lahirnya menjadi sebuah kota harapan kami semua, yakni sebuah kota uluan Nughik yang dicita-citakan masyarakat Tubaba,\” paparnya.
Satu orang pun, menurut Umar, tidak ada yang memiliki kemampuan untuk menentukan siapa tamu yang akan datang, tetapi kehadiran Baduy Kenekas hari ini adalah yang ditentukan Pencipta hadir di Tubaba. \”Datangnya Baduy ke Tubaba adalah takdir dari Allah, dengan kedatangan mereka kita bisa pelajari apa yang diajarkan baduy tentang kesederhanaan. Manusia sederhana yang bisa kita lihat dari bagaimana perilaku hidup dan berpakaian, tetapi kemampuannya luar biasa mereka bisa bangun rumah, bisa menggunakan alat musik, menjaga adat istiadat, dan menjaga serta melestarikam alam. Dan Rumah Baduy ini nantinya diharapkan bisa menjadi media pembelajaran bagi masyarakat Tubaba tentang kesederhanaan, kesetaraan, dan bagaimana menjaga dan melestarikan alam,\” paparnya.
Selain kota budaya, lanjut Umar, Tubaba juga akan membangun Las Sengok yakni kawasan hutan larangan yang mengadopsi pikukuh adat masyarakat kenekes, Baduy yang percaya kepada kekuatan roh alam, yang wujudnya adalah mereka saling menjaga dan melestarikan alam, dengan cara menghindari Tabu Baduy. Las Sengok Tubaba akan menanam berbagai jenis kayu, ijuk, bambu, alang-alang, dengan penghijauan yang seluas-luasnya yang akan membagikan oksigen bagi umat manusia.
\”Peristiwa hari ini akan kita respon, menjadi peristiwa yang sangat penting untuk menjadi ruh bangunan kota. Nah, masterplan kota uluan nughik ini akan kita garap di APBD tahun depan,\” pungkasnya. (Arie)