Liwa (Netizenku): Perjalanan reputasi kopi asal Lampung Barat (Lambar) acapkali mengalami pasang surut. Suatu waktu melambung, di waktu lain surut. Kondisi fluktuatif semacam ini, jelas membikin gundah masyarakat setempat yang mayoritas menggantungkan perekonomiannya dari kebun kopi.
Namun untuk menjawab kondisi ketidakmenentuan ini bukan perkara mudah. Bahkan tidak sedikit formulasi solusi dari berbagai kalangan berkompeten pernah diimplementasikan. Walau hasilnya belum mampu memuaskan berbagai pihak, namun upaya memperbaiki nasib komoditi kopi dan pekebunnya terus ditelisik.
Seperti yang dilakukan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Lambar. Dinas yang dinakhodai Tri Umaryani itu, baru-baru ini membuat terobosan untuk mendongkrak harkat martabat kopi yang menjadi komoditas unggulan Lambar tersebut. Disebut terobosan lantaran formula yang direalisasikan tidak melulu berkutat pada upaya meningkatkan hasil, baik kualitas maupun kuantitas kopi semata. Atau pola memperbaki sistem pengolahan pasca panen juga sistem pemasaran saja, misalnya.
Kini Disbunak mencoba merambah ke ranah baru, yaitu bagaimana agar pekebun kopi tidak hanya mendapat penghasilan dari buah kopi yang dipanen sekali dalam setahun itu saja. Tetapi juga memperoleh nilai tambah dari upaya-upaya lain yang tetap bersinggungan dengan kopi.
\”Kita sedang merintis program Kampung Kopi,\” jelas Kadisbunak, Tri Umaryani, kepada Netizenku.com, Senin (26/3). Dijelaskan perempuan berkacamata ini, Kampung Kopi memang dipersiapkan untuk menggali potensi Lambar dengan hamparan kebun kopinya yang luas sebagai destinasi wisata baru. \”Bila memungkinkan bahkan akan kita dorong agar tidak sebatas menjadi destinasi wisata yang baru saja, tetapi juga menjadi destinasi wisata unggulan daerah ini,\” imbuhnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya