Jelang Pilkada 2024, keberadaan media semakin dibutuhkan sebagai bagian dari alat sosialisasi. Lantas apakah keberadaan media mainstream saat ini memang bisa mendongkrak popularitas calon?
Jawabannya tentu saja bisa ya, dan bisa juga tidak. Mengapa demikian? Hal ini tergantung pula bagaimana media mainstream melakukan perannya.
Mengemas pemberitaan yang berbeda, menampilkan sudut lain yang belum diangkat media lain, serta menggali lebih dalam apa keunggulan si calon dibanding calon lainnya.
Apa yang mereka jual untuk kemajuan daerah yang bakal mereka pimpin nantinya. Kemudian bagaimana peran masyarakat menilai calon pemimpinnya? Mudah-mudahan mereka memilih bukan karena “fomo”.
Pastinya banner calon juga sudah jauh-jauh hari menghiasi sudut Saibumi Ruwa Jurai, kita bahkan sudah akrab sekali dengan beberapa wajah yang mendominasi, dengan keterangan calon gubernur Lampung, atau calon bupati Konoha.
Tidak kita pungkiri keberadaan banner tersebut juga menjadi alat takar calon lain dalam politik, mungkin sebagian cukup keder apa iya dana kampanye mereka tak berseri? sampai-sampai jauh waktu sebelum surat rekomendasi partai turun, mereka sudah membentuk tim pemenangan.
Apakah ini berlebihan? Sepertinya juga tidak begitu, kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan popularitas, untuk kemudian mulai dilirik partai dengan harapan dapat menerima pinangan.
Seperti seorang gadis yang sedang menanti pinangan pujaan hati, mereka sibuk merias diri, sedikit narsis dan mulai turun ke masyarakat. Dengan segala misteri wajah yang mereka sembunyikan, sebelum menunjukkan wajah aslinya.
Tak apa, kita perlu juga untuk tak terkecoh dengan riasan yang terlalu mulus misalnya, karena kita tidak mengetahui Make Up Artist (MUA) menyembunyikan apa dibalik riasan itu.
Namun, bukan pula kita harus mengorek noda wajahnya, terkadang kita hanya cukup perlu menjadi pandai, bukan menerka, tetapi mengetahui tanpa harus banyak cakap.
Media cukuplah ambil peran strategis menyampaikan fakta, siapa dan untuk apa mereka (calon). Selebihnya masyarakat akan kita serahi pilihan wajah yang cocok untuk mereka. Semoga juga tidak terkepung praktik suap, berkedok kerjasama sehingga rela menyumirkan informasi.
Tetap profesional akan menjadi kunci, jangan sampai tergerus dengan keviralan media sosial nanti. Tabik.