Bandarlampung (Netizenku.com): Masa pergantian kepemimpinan di Provinsi Lampung memberi kesan tersendiri bagi Kadis Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdik) Sulpakar. Dia bahkan pernah menjadi pejabat yang ‘ditandai’ oleh Gubernur Arinal Djunaidi. Bagaimana ceritanya?
“Iya, saya dapat kabar akan dimutasi di masa awal kepemimpinan Pak Arinal,” kata Sulpakar membuka cerita saat menerima audiensi perhimpunan jurnalis yang tergabung dalam organisasi M-Kreasi, Jumat (4 Agustus 2023).
Dirinya mengakui pertama kali dengar informasi itu dari seorang wartawan yang dekat dengannya. Seiring waktu kabar tersebut santer berkembang. “Karena sudah banyak sumber yang mengatakan hal sama, saya hanya bisa instropeksi diri. Apa kiranya yang membuat posisi saya akan dikoreksi oleh pimpinan. Apakah karena saya dianggap tidak becus menjalankan tugas?” sambung Kadisdik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejalan dengan itu Sulpakar kembali menerima informasi dari sisi sudut pandang berbeda. Terbetik kabar alasan mutasi yang akan diberlakukan terhadap dirinya lantaran dia dianggap “bukan orangnya” Gubernur Arinal. Dirinya disetempel sebagai loyalis gubernur sebelumnya.
“Mendapati penilaian serupa itu saya bisa memaklumi. Saya bisa paham kenapa Pak Arinal memetakan saya demikian,” kata Sulpakar.
Dia lantas menjelaskan mengapa bisa memakluminya. “Dalam hidup, saya mencoba membangun dua branding pada diri saya,” imbuhnya.
Pertama, sambungnya, dia berusaha bersikap disiplin dalam berbagai hal. Termasuk dalam menata penampilan sampai tingkat kehadiran bertugas.
Kedua, Sulapakar berupaya senantiasa membangun loyalitas kepada pimpinan. Siapa pun pimpinannya, dia memastikan harus loyal dalam menjalankan tugas.
“Jadi saya bisa maklum dengan penilaian Pak Arinal. Saya yakin beliau memperoleh masukan dari orang-orang dekatnya yang melihat saya dari sudut pandang branding loyalitas tadi,” jelasnya.
Momentum Melegakan
Namun, Sulpakar mengaku tidak terlalu memusingkan wacana dirinya akan dimutasi. Karena baginya tugas adalah amanah. Amanah tersebut mesti dijalankan seoptimal mungkin. Itu poin terpentingnya.
Tidak mau berlama-lama larut memikirkan hal tersebut Sulpakar langsung tancap gas menjalankan program-program di bidang kedinasannya. Termasuk 6 program yang merupakan program prioritas dan masuk dalam bagian ‘janji kerja’ Gubernur Arinal.
Sampai akhirnya datang momentum dimana berbagai pejabat di lingkungan kerja Pemprov Lampung dikumpulkan. Itu dilangsungkan menjelang 100 hari kerja periode Gubernur dan Wakil Gubernur Arinal-Nunik.
“Itu menjadi momen berkesan buat saya. Sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan besar tentang saya yang mau dimutasi,” tutur Sulpakar.
Dalam rapat koordinasi itu, imbuhnya, gubernur mempersilakan kepala-kepala dinas memaparkan pencapaian pada masing-masing dinas. Untuk beberapa waktu suasana mendadak hening. Tidak ada kepala dinas yang berani memulai. “Saya angkat tangan minta ijin bicara,” ungkap Sulpakar.
Pada kesempatan itu dirinya melaporkan telah menjalankan 4 program dari 6 program prioritas gubernur yang berada di kedinasannya. Mengenai 2 program yang tersisa, dikatakannya baru bisa dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya.
Tak dinyana Gubernur Arinal mengapresiasi laporan tersebut. Itu disampaikannya secara eksplisit. “Padahal, ada yang mengusulkan agar Pak Sulpakar ini dimutasi. Nah, yang menghendaki itu bisa lihat sendiri. Orang yang mereka sebut-sebut ternyata bisa kerja,” kata Sulpakar menirukan ucapan gubernur.
Pernyataan itu kembali ditegaskan ketika Sulpakar dipanggil ke ruang kerja gubernur. “Pak Sulpakar, memang ada yang kasih masukan ke saya, baiknya Bapak dimutasi. Tapi saya lihat tugas-tugas di Disdik berjalan baik. Sesuai dengan janji kerja yang saya buat. Jadi Bapak tetap kerja di Disdik dulu. Lanjutkan program-programnya,” kembali Sulpakar menirukan perkataan Gubernur Arinal kepada dirinya.
Atas peristiwa itu ada benang merah yang bisa ditarik Sulpakar. Dirinya semakin meyakini profesionalisme Gubernur Arinal. “Itu jelas merupakan cerminan atas sikap profesionalisme Pak Arinal. Beliau meletakkan kepentingan profesionalisme di atas asumsi-asumsi,” ungkap Sulpakar.
Marah Tanda Sayang
Sulpakar juga menceritakan sikap profesionalisme Gubernur Arinal pada kesempatan lain. Ketika itu dia berada di ruang kerja Gubernur. Karena sedang berdua dan mengobrol santai, membuatnya tak sungkan mengajukan pertanyaan.
“Saya bilang ke Pak Arinal. Maaf Pak, banyak yang bilang Bapak katanya suka marah. Tapi sampai sekarang saya kok belum pernah dimarahi Bapak?”
Sulpakar menyadari mungkin pertanyaan yang diajukannya terkesan naif atau malah kelewat berani. Tapi semua itu demi memenuhi rasa penasarannya, “Saya memang benar-benar kepingin tahu langsung dari Pak Gub.”
Tak dinyana pertanyaan itu dijawab. Gubernur bilang kenapa mesti marah pada orang yang sudah menjalankan tugas sesuai ketentuan.
“Saya mencoba menerjemahkannya, kalau kita menjalankan tugas sesuai kriteria profesionalime yang diinginkan, tentu Pak Arinal tidak marah.”
Sulapakar menambahkan, kalau pun gubernur sampai marah, sesungguhnya itu merupakan bentuk ekspresi tanda sayang pada bawahan.
“Beliau menghendaki kami para bawahannya untuk bisa bekerja cepat dan tepat dalam melayani kepentingan publik. Sebagai pengabdi masyarakat, program-program yang kami jalani sesungguhnya kan memang bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Jadi saya memaknainya seperti itu. Memang begitu cara beliau mendidik anak buahnya. Kalau tidak salah ya jelas tidak kena marah, dong. Saya buktinya,” ucapnya setengah bergurau.
Contoh lain, sambung Sulpakar lagi, bisa dilihat lewat WhatsApp Group eselon II yang diikutinya, dimana Gubernur Arinal juga ada di dalamnya.
Dikatakannya, bila ada tugas kedinasan yang menurut hemat gubernur belum terlaksana optimal, biasanya gubernur langsung menegur dan memberi instruksi pada kepala dinas terkait. “Kalau sudah begitu, semua pasti terdiam. WA grup langsung sepi,” kata Sulpakar sambil tersenyum.
“Tapi,” sergahnya, “Suasana begitu tidak sampai lama. Tidak lebih setengah jam biasanya akan ada lagi WA dari Pak Gub. Isinya joke-joke. Ada saja cerita candaan yang dikirimkan beliau.”
Sulpakar sendiri menilai sikap demikian sebagai cara gubernur untuk mencairkan suasana. Itu juga sebagai gambaran atas sikap Gubernur Arinal yang selalu tampil apa adanya. Kalau melihat ada sesuatu yang tidak sesuai akan langsung direspon.
“Kalau kita kan mungkin masih bisa senyum walau tidak suka. Tapi kalau beliau ekspresif. Langsung diutarakan. Tidak dipendam-pendam. Begitupun kalau kita sudah membenahi sesuai instruksinya, beliau langsung respek. Suasana kembali normal,” jelasnya.
Selain itu Sulpakar juga berpendapat sisi lain sosok Gubernur Arinal adalah orang yang rendah hati. Menurutnya, dia pernah berkesempatan diperlihatkan isi WA di gadget gubernur. Sulpakar merasa heran. Sebab ada beberapa isi WA yang menurutnya tidak perlu ditanggapi oleh gubernur. Tapi nyatanya tetap direspon.
“Rupanya Pak Gub merasa tidak enak kalau sampai tidak menjawab WA dari orang yang dikenal,” kata Sulpakar. “Siapa yang menduga kalau Gubernur Lampung sampai memikirkan perasaan orang sedemikian rupa,” ungkapnya.
Pegang Komitmen
Kiranya ada cukup banyak sikap Gubernur Arinal yang membekas di benak Sulpakar. Dari sederet kesan itu, satu di antaranya ialah sikap komit.
Suatu kali ada seorang pendidik dari Krui yang berniat mutasi ke kota. Padahal Gubernur pernah mengeluarkan instruksi melarang mutasi tenaga pendidik dari desa ke kota.
Pertimbangannya karena daerah masih membutuhkan banyak tenaga pendidik. Tapi hal sebaliknya diperbolehkan. Bila ada tenaga pendidik di kota hendak mutasi ke desa.
Namun ketika itu Sulpakar merasa dihadapkan pada buah simalakama. Sebab tenaga pendidik tersebut masih merupakan bagian dari keluarga besar gubernur. Kendati ragu dia tetap membawa permohonan mutasi itu ke sekdaprov.
Melihat ada kaitan dengan keluarga gubernur, sekdaprov mengarahkannya mengkonsultasikan langsung ke gubernur. Manut, dia pun mengikuti saran tersebut.
Di hadapan Gubernur Arinal dia kembali menjelaskan kronologisnya.
“Siapa ini?” kata Sulpakar, menirukan ucapan gubernur saat disodorkan permohonan mutasi itu.
“Saudara Ibu,” jawab Sulpakar.
“Ibu siapa?”
“Istri Bapak.”
Tanpa membahas lebih lanjut, cerita Sulpakar, gubernur langsung menuliskan sesuatu di atas berkas permohonan mutasi itu. Isi tulisannya, “Saudara Sekdaprov, Tunda!”
Berkas itu lantas diberikan kembali ke Sulpakar untuk diserahkan ke sekdaprov. “Sampai di penghujung masa jabatan Pak Arinal ini, usulan mutasi itu tidak pernah di follow up. Artinya, Pak Arinal komit dengan aturan yang dia gariskan. Tidak tebang pilih. Walau itu menyangkut kepentingan saudara sekalipun,” kata Sulpakar.
Dirinya juga menunjukkan komitmen gubernur di bidang lain. Terutama komitmen untuk bersikap profesional. Dikatakan Sulpakar selama periode kepemimpinan Gubernur Arinal dirinya selaku kadis dan jajarannya di Disdikprov Lampung merasa tenang dalam menjalankan tugas.
“Saya dan kawan-kawan di sini merasakan suasana tenang. Tidak ada pengusaha atau politisi yang dekat dengan gubernur atau keluarga yang datang untuk minta proyek di sini. Tidak ada yang sampai gebrak meja atau jegat kami di tengah jalan untuk minta proyek. Boleh dicek. Tidak ada satu pun. Itu membuat kami bisa leluasa berinovasi menjalankan tugas secara profesional,” pungkas Sulpakar. (Hendri Std)








