Pakar urban economic yang juga seorang ekonom dari Center for Urban and Regional Studies (CURS), Erwin Octavianto, mengatakan kota besar seperti Bandarlampung masih sangat bergantung pada pertumbuhan UMKM dan usaha-usaha UMKM. Salah satunya adalah usaha pedagang kaki lima.
“Meskipun kita berbicara mereka selalu merugikan, tapi perlu disadari dengan adanya mereka maka ekonomi Kota Bandarlampung jadi berjalan,” ujar Erwin ketika dihubungi Netizenku, Kamis (18/11) malam.
Bahkan kegiatan usaha PKL yang tidak berjalan karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di masa Covid-19 menimbulkan resesi ekonomi.
“Menjadi dilematis sebenarnya ketika kita mau mengusir mereka dari satu tempat. Perputaran uang di sana akan terganggu secara otomatis dan berdampak negatif juga bagi ekonomi daerah,” kata dia.
Selama bertahun-tahun, lanjut Erwin, para PKL ini membentuk sendiri sebuah pangsa pasar sehingga memeroleh pendapatan yang lebih baik dan pelanggan yang banyak dalam satu tempat.
“Di pinggir jalan utama dekat pasar atau keramaian, mereka sudah membentuk sendiri sebuah pangsa pasar tapi sayangnya dilakukan secara sporadik,” ujar dia.
Sporadik dalam arti tidak tertata, tidak teratur, dan berjalan begitu saja tanpa adanya perencanaan yang matang.
Dan dalam konteks marketing, PKL adalah pelaku ekonomi yang menerapkan konsep ekonomi secara sporadik.
“Lalu pemerintah mau merelokasi mereka, pasti mereka akan berpikir dua kali, karena itu adalah tempat strategis yang mereka buat,” kata dia.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya