Bandarlampung (Netizenku.com): Memperingati 20 tahun Reformasi Indonesia, puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Persatuan Mahasiswa Lampung (APML) menggelar mimbar bebas (panggung orasi) di Tugu Adipura, Bundaran Gajah, Senin (21/5).
Dalam gelaran mimbar bebas yang digelar oleh APML, tampak para orator banyak mengkritisi kebijakan pemerintahan Jokowi-JK yang dinilai banyak menumbalkan kepentingan rakyat.
Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Dimas Pamungkas, bergabungnya Indonesia dengan GATS dan WTO menjadi sebuah legitimasi kebijakan yang menjadikan pendidikan sebagai barang dagangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
\”Bukan hanya itu, Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dan Reforma Agraria kami kira palsu dan menjadi kamuflase saja. Jokowi-JK memperjelas watak rezim hari ini yang anti terhadap rakyat miskin,\” ujar Mahasiswa Universitas Bandarlampung ini.Ia juga mengatakan, represifitas dan kriminalisasi pun sering terjadi pada gerakan rakyat, dan diberlakukannya UU tentang Ormas dinilai sengaja mempersulit gerakan rakyat pro demokrasi.
\”Ini adalah beberapa kebijakan dari sekian kebijakan yang kami sampaikan agar pemerintah ingat dengan amanah yang ia emban. Namun masih banyak sekali permasalahan yang ada di negeri ini,\” pungkasnya.
Ditempat yang sama, salah seorang demonstran, Prasetio Anggoro, menegaskan bahwa mengenang peristiwa 1998 atau reformasi merupakan suatu kewajiban bagi pemuda agar tak melupakan sejarah bangsa.
\”Era 90an merupakan era yang sangat menentukan bagi Bangsa Indonesia. Di era ini pemuda dan mahasiswa memiliki peran yang begitu sentral dalam menumbangkan rezim yang selalu bertindak sewenang-wenang. Dengan memperingati 20 tahun reformasi, semoga pemuda dan mahasiswa mampu menjalankan tugas sebagai agen kontrol sosial dan agen perubahan,\” tukasnya.(Agis)