Bandarlampung (Netizenku.com): Masyarakat Lampung bakal dimanjakan hajat kelas dunia, yakni event Festival Krakatau (K-Fest) 2023 mengusung konsep Mask Land Nemui Nyimah, yang diambil dari salah satu falsafah hidup orang Lampung, piil pesenggiri.
Berbagai event bakal dihelat sebelum acara puncak, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Bobby Irawan, dalam konferensi pers yang digelar di Bukit Randu, Selasa (4/7) menguraikan akan ada pemecahan rekor MURI makan engkak ketan terbanyak. Serta pemakaian topeng bagi peserta K-Fest.
K-Fest 2023 berpusat di PKOR Way Halim Bandarlampung. Acara ini akan diadakan selama dua hari yaitu 7 dan 8 Juli 2023 dengan berbagai kegiatan, mulai dari perlombaan, festival topeng, pentas musik hingga pemecahan rekor MURI.
Bagi masyarakat yang ingin menghadiri event tahunan ini, berikut jadwal lengkap Festival Krakatau 2023. Secara umum, jadwal K-Fest terbagi atas 5 agenda utama.
Pada hari pertama (7 Juli) hanya ada satu kegiatan yaitu Festival Ekraf Lampung yang dimulai pukul 09.00 WIB. Pesertanya adalah UMKM dan berkolaborasi dengan Lampung Culinary Community (LCC). Hari kedua (8 Juli) terbagi empat kegiatan. Pertama pemecahan rekor MURI makan Engkak Ketan pukul 08.00 WIB sampai 12.00 WIB.
Kemudian lomba mewarnai dan pentas seni anak pukul 07.30 WIB sampai selesai, diikuti peserta dari TK, PAUD dan siswa SD.
Ketiga, Lampung Mask Culture Carnival, pukul 13.30 -17.35 WIB yang dibuka langsung oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi.
Agenda terakhir adalah Sparkling Night K-Fest 2023 yang dimulai pukul 19.00 WIB hingga selesai yang akan diisi sejumlah artis ibu kota, seperti Dide Hijau Daun dan Kangen Band.
Sebelumnya, Kepala Dinas Parekraf Lampung Bobby Irawan mengatakan K-Fest 2023 mengusung konsep baru, yaitu budaya topeng (tuping) Lampung.
Pasalnya Lampung terkenal dengan budaya topeng yang sudah menjadi ciri khas dari sejumlah kabupaten, sehingga perlu diangkat sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.
Tahun tahun K-Fest 2023 juga menawarkan kegiatan yang unik, sebab masyarakat tak hanya hadir sebagai penonton tapi juga diajak terlibat secara aktif.
“Baik yang menonton dan yang kirab, semua mengenakan topeng, ini akan kita lombakan untuk masyarakat. Sehingga masyarakat akan merasa memiliki, bahwa ini adalah festival milik masyarakat Lampung, bukan festival milik kelompok tertentu,” ungkapnya. (LENI)