Bandarlampung (Netizenku.com): Agus (47) warga Jalur Dua Way Halim mendukung pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan ketat di sekolah.
Penghasilannya sebagai buruh tak cukup untuk membiayai dua anak kembarnya, Dava dan Devi, untuk membiayai pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (dalam jaringan/daring).
“Kami terkendala kuota belajar daring, harus setiap bulan beli, kurang lebih Rp100 ribu untuk kuota. Paling thetring untuk hemat biaya,” kata Agus saat menunggu kedua anaknya pulang sekolah, Senin (13/9).
Dava dan Devi, dua siswa kelas 6 SDN 1 Perumnas Way Halim, Kecamatan Way Halim, mulai mengikuti simulasi PTM terbatas di sekolahnya.
“Mereka ini kalau langsung tatap muka ketemu guru dan kawan-kawannya wawasannya lebih luas. Kalau di rumah kan cuma ketemu orang tua tapi karena pengaruh Covid-19 ini kita maklum juga,” ujar Agus.
Menurut ayah tiga anak ini, kedua anaknya itu tidak maksimal saat mengikuti belajar daring di rumah bila dibandingkan dengan belajar tatap muka di sekolah.
“Lebih bagus tatap muka tapi kita lihat perkembangan Covid-19 ini, mungkin kalau daring lagi juga tidak masalah. Cuma lebih bagus kalau tatap muka, lebih efisien,” kata dia.
Agus mengatakan sudah mempersiapkan kedua anaknya untuk mengikuti PTM terbatas di sekolah dengan protokol kesehatan ketat.
“Kita kasih tahu bagaimana belajar tatap muka di sekolah, misalnya jaga jarak, harus pakai masker,” tutup dia.
Terpisah, Kepala SDN 1 Perumnas Way Halim, Irawansyah, mengatakan pihak sekolah sudah mengimbau anak didiknya agar mengenakan masker dan membawa handsanitizer dari rumah.
“Anak-anak juga kita imbau tidak ada tukar menukar makanan, satu gelas tidak boleh dipakai bersama, pinjam meminjam alat tulis. Menyiapkan masker dan handsanitizer sendiri, membawa bekal makan dan minum, karena tidak ada istirahat,” kata dia. (Josua)
Baca Juga: PTM Terbatas, Orang Tua Diimbau Tak Menunggu Anak di Sekolah