Liwa (Netizenku.com): Walaupun gempa Liwa 16 November 1994, tepatnya 26 Tahun yang lalu (16/2/1994-16-2-2020), telah dibangun monumen di lokasi pemakaman massal yang ada di lingkungan RSUD Alimuddin Umar, Kelurahan Pasar Liwa Balikbukit, ternyata tidak banyak yang tahu.
Pasalnya, monumen tersebut tidak terlihat, karena selain tempatnya agak tersembunyi karena tertutup kayu-kayu yang tumbuh di sekitarnya, bahkan terkesan tidak terurus, apa lagi selama ini tidak pernah ada momen memperingati gempa yang menelan korban 207 jiwa tersebut.
Tetapi tidak demikian dengan komunitas bikers subuhan Lampung Barat. Di bawah komando ustaz Gufron yang saat kejadian gempa berkekuatan 6,5 SR tersebut masih berusia 12 Tahun, memperingati gempa tersebut dengan memanjatkan doa bersama.
\”Alhamdulillah setelah melaksanakan sholat subur berjamaah di masjid Pekon Kegeringan Batubrak, kami langsung ziarah ke pemakaman massal korban gempa Liwa 26 Tahun silam,\” kata Gufron, Minggu (16/2).
Di lokasi yang sudah dibangun monumen tersebut kata Gufron, pihaknya membersihkan monumen dan memanjatkan doa, dan juga sebagai sarana mengingatkan kembali bahwa Liwa Lampung Barat pernah diguncang gempa dahsyat.
\”Saat gempa itu saya masih kelas 6 SD, tetapi sampai saat ini masih teringat bagaimana akibat kejadian tersebut. Diharapkan apa yang telah kita alami akan menjadi pelajaran bagi generasi muda, apalagi wilayah kita memang rawan bencana alam gempa,\” ujarnya.
Senada disampaikan Eka Fendi Aspara, ketua Bikers Subuhan, mengharapkan peristiwa gempa 1994 tersebut diharapkan diperingati setiap tahun, karena dengan demikian sebagai salah satu bentuk sosialisasi kepada generasi muda, bahwa Lampung Barat dilewati patahan Semangko, yang membuktikan bahwa daerah ini sebagai pusat gempa.
\”Kalau 16 Februari kita peringati sebagai hari berkabung Lampung Barat, sebagai penanda bahwa gempa tersebut menelan korban ratusan jiwa, selain masyarakat Lampung Barat dapat memanjatkan doa untuk para korban, juga sebagai sarana sosialisasi bahwa Lampung Barat termasuk rawan bencana gempa, sehingga apabila bencana tersebut terjadi lagi, mudah-mudahan tidak akan menimbulkan korban yang lebih besar,\” harap Eka. (Iwan)