Unila akan menerapkan teknologi pengelolaan sampah yang sama di TPA Bakung seperti yang telah dipakai di kampus tersebut.
“Namun ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan, terutama untuk TPA Bakung sendiri,” kata dia.
Dosen Teknik Sipil ini menjelaskan pihaknya sedang mencoba mengenalkan teknologi yang tepat untuk pengelolaan sampah di TPA Bakung.
Yaitu teknologi pengomposan, teknologi torefaksi, dan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah.
Ofik menjelaskan sampah organik seperti serasah daun diolah dengan teknologi pengomposan dan telah diujicoba selama 2,5 tahun. Teknologi pengomposan berhasil diterapkan di Unila.
“Kemudian cairan dari sampah basahnya itu, kita menggunakan teknologi magot dan ulat kandang,” ujar dia.
Sementara teknologi torefaksi mengubah sampah organik menjadi arang yang bernilai ekonomis.
Untuk sampah anorganik diolah secara pirolisis dengan reaktor pirolisator yang bisa menghasilkan biosolar.
“Sampah plastik dimasukkan ke dalam tungku reaktor, dibakar, keluarnya nanti ada bahan bakar cair,” kata dia.
Namun tidak semua sampah anorganik diolah dengan pirolisator seperti sampah botol beling yang bisa dijual kembali.
Pengelolaan sampah anorganik ini, lanjut dia, bekerja sama dengan 2.500 nasabah Bank Sampah Emak.
“Kita bekerja sama menyelesaikan masalah sosialnya, mengubah budaya masyarakat atau paradigma sampah menjadi nilai ekonomis,” kata Ofik. (Josua)