Bandarlampung (Netizenku.com): Ketua Cabang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bandarlampung, dr Aditya M Biomed, mengatakan pemeriksaan titer antibodi paska vaksinasi Covid-19 belum dianjurkan karena belum ada standardisasi titer antibodi vaksin Covid-19.
“Kalau mau diukur ya monggo-monggo saja sih cuma harus jelas petunjuk dari vaksinnya,” kata dr Aditya saat dihubungi Netizenku.com, Senin (31/5).
Titer antibodi adalah tes laboratorium yang mengukur kehadiran atau jumlah antibodi dalam darah.
“Angka standar untuk titer antibodi yang saya tahu untuk donor plasma konvalesen, harus lebih atau sama dengan 120. Kita tidak bisa juga mengatakan kalau di bawah 120 tidak baik, kan bukan untuk donor tapi untuk dirinya sendiri,” ujar dr Aditya.
Dia menjelaskan apabila titer antibodi belum terbentuk dalam tubuh, setelah divaksinasi Covid-19, tidak berarti kualitas vaksinnya jelek.
“Bisa jadi tubuh orang itu yang tidak merespon baik. Vaksin Covid-19 seperti vaksin lainnya, hepatitis dan flu, tergantung respon tubuh,” tegas dia.
Terbentuknya titer antibodi, lanjut dr Aditya, dipengaruhi beberapa faktor di antaranya teknis pemeriksaan, rantai dingin (cold chain) vaksin Covid-19, teknik penyuntikan, dan petugas yang menyuntik (vaksinator).
“Kita tidak bisa menghakimi jelek vaksinnya, harus komperhensif, mungkin Kemenkes yang harus sudah punya guide line atau petunjuk caranya. Jadi harus clear dari awal petunjuk-petunjuk yang seperti itu,” kata dia.
Namun dr Aditya secara pribadi menyatakan setuju bagi masyarakat yang ingin mengukur titer antibodi usai divaksinasi Covid-19.
Hal ini berguna untuk mengetahui kapan waktunya divaksinasi ulang dan jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan lebih lanjut.
“Kayak vaksin meningitis untuk calon jamaah haji, 3 tahun baru divaksinasi lagi. Vaksin influenza baru divaksin setahun lagi. Kalau disuntik dengan vaksin Sinovac tapi antibodinya tidak terbentuk, saran saya untuk suntik vaksin berikutnya ganti merek,” ujar dia.
“Jangan vaksin yang sama karena sudah dicoba kan tidak terbentuk antibodi,” lanjut dia.
Sebagai Ketua IDI Cabang Kota Bandarlampung, dr Aditya mengatakan dirinya belum mendapatkan petunjuk lebih lanjut dari Pengurus Besar IDI.
Dia menilai setelah mengikuti vaksinasi Covid-19, seharusnya dibarengi dengan pemeriksaan titer antibodi dalam periode tertentu.
“Ukur titer antibodi bisa di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) tapi bukan total, cuma Immunoglobulin G (IgG). Di Bandarlampung yang paling baik masih di Prodia, total IgG dan IgM. Tapi tetap ada plus minusnya,” kata dia.
Prodia, jelas dr Aditya, hanya bisa mengukur titer antibodi maksimal 250.
“Kalau di atas 250 dia sebutkan saja lebih 250, berapa pastinya ya gak tahu. Beda dengan Labkesda.”
Aditya yang juga Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Lampung mengatakan pemeriksaan titer antibodi seyogianya bisa menjadi rambu-rambu atau petunjuk untuk meredam isu hoaks terkait vaksin Covid-19.
“Evaluasi vaksin Covid-19 di Program Vaksinasi itu jobnya Pengurus Besar IDI karena ada Kasatgasnya Prof Zubairi Djoerban,” tutup dia. (Josua)