Waspada Kental Manis, Edukasi Gizi Jadi Kunci Lawan Stunting

Leni Marlina

Jumat, 7 Juni 2024 - 18:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bandarlampung (Netizenku.com): Empat dari lima anak di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung masih mengonsumsi kental manis sebagai pengganti susu, hal ini diungkap oleh Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten setempat, Asbiallah, yang memberikan fakta mengejutkan tersebut.

“Fakta ini menunjukkan bahwa edukasi tentang asupan nutrisi yang tepat bagi anak masih minim. Padahal kental manis bukanlah susu,” ujar Asbiallah dalam kegiatan penanganan stunting tanpa konsumsi kental manis pada Balita di Provinsi Lampung belum lama ini.

Terpisah, Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona, menyatakan keprihatinannya atas fakta tersebut. Ia tak menampik pemahaman dan edukasi gizi anak, terutama konsumsi kental manis masih minim.

Dendi bahkan mengakui jika pehaman tersebut juga bahkan masih terjadi di lingkungan pemerintah daerah, terbukti dengan masih memasukkan kental manis dalam bantuan sosial, terutama saat Covid-19 sedang melanda.

Baca Juga  Nasdem dan Demokrat Sepakat Tolak Revisi Perda RZWP3K

“Kental manis masih dianggap susu, sehingga tak heran kalau pemerintah daerah masih memasukkannya dalam Bansos,” jelas Dendi.

Meskipun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peraturan yang melarang hal tersebut, yaitu melalui Peraturan BPOM No 18 tahun 2018 dan No 26 tahun 2021. Peraturan tersebut, sesuai fungsinya, melarang penggunaan kental manis sebagai pengganti susu dan sumber gizi, serta larangan penggunaan visual anak di bawah 5 tahun untuk label maupun iklan promosinya.

Kental manis bukanlah susu, dan memiliki kandungan gizi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan produk susu lainnya. Memberikan kental manis sebagai pengganti susu dapat membahayakan kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Kandungan gula yang tinggi dalam kental manis dapat menyebabkan obesitas, kerusakan gigi, dan diare. Selain itu, rendahnya kandungan protein dan kalsium di dalamnya dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi, yang berakibat pada tubuh yang lemah, mudah lelah, dan rentan terhadap penyakit.

Baca Juga  Itera Anugerahkan Adi Karsa Utama untuk Menhub Budi Karya

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menyebut perubahan takaran saji kental manis dari 48 gr menjadi 15–30gram dalam peraturan terbaru BPOM adalah hal yang seharusnya dilakukan sejak awal.

“Ini menunjukkan adanya concern BPOM terhadap resiko asupan gula yang tinggi saat mengonsumsi kental manis,” jelas Arif sembari menekankan pentingnya sosialisasi yang maksimal, agar masyarakat memahami dan bisa bersama-sama ikut mengawasi produsen.

Sementara Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnisa, menjelaskan tantangan dalam persoalan kental manis adalah persepsi masyarakat. Mereka menganggap kental manis adalah susu yang dapat dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak.

“Dari hasil penelitian yang PP Aisyiyah lakukan, sebanyak 37% ibu beranggapan kental manis adalah susu, dan minuman yang menyehatkan untuk anak,” ujar Chairunnisa.

Baca Juga  Jumantik Garda Terdepan Pencegahan DBD

Ironisnya, masyarakat sudah mengetahui bahwa kental manis bukan merupakan susu. Namun banyak yang mengabaikanny, karena harga yang murah daripada kategori susu lainnya.

Meningkatkan kesadaran dan edukasi gizi yang tepat di kalangan masyarakat sangat penting untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting pada anak-anak di Indonesia. Program susu gratis di sekolah dasar menunjukkan potensi besar dalam memperbaiki status gizi anak-anak, tetapi harus didukung dengan pengetahuan yang benar mengenai nutrisi.

Kesalah pahaman seperti penggunaan kental manis sebagai pengganti susu perlu diatasi melalui edukasi yang efektif dan sosialisasi peraturan yang tepat. Dengan kolaborasi semua pihak mulai dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Sehingga diharapkan masalah gizi buruk di Indonesia dapat segera diatasi, dan anak-anak dapat tumbuh, berkembang secara optimal. (Rls/Leni)

Berita Terkait

Samsudin Dorong Pelaku UMKM Maksimalkan Peluang
Sekdaprov Lampung Minta Pelaksanaan Event Olahraga Digelar Rutin
UPTD PPPA: Predator Anak Kebanyakan Orang Terdekat
Kemarau Diprediksi Juli-September, Waspada Potensi Kebakaran
Disparekraf Dorong Pengelola Wisata Tingkatkan Fasilitas 
Lamsel Tren Wisata di Lampung Sepanjang 2024
Maidawati Samsudin Apresiasi Gelaran Festival Kuliner di Perpusda
Sekdaprov: Klenteng Cit Seng Bio Simbol Kebhinekaan dan Kerukunan Beragama di Lampung

Berita Terkait

Jumat, 28 Juni 2024 - 17:08 WIB

Booming Kratom, Dielu-elukan Berkhasiat Sekaligus Dicurigai Sumber Mudarat

Jumat, 28 Juni 2024 - 16:12 WIB

Pendapatan Sektor Pajak Balam Naik 7 Persen

Rabu, 26 Juni 2024 - 16:46 WIB

OJK Lampung: Kinerja Industri Jasa Keuangan Lampung Terjaga

Senin, 24 Juni 2024 - 13:50 WIB

Dinas Koperasi Siapkan Tempat Bagi Pelaku UMKM di Bandarlampung Expo

Minggu, 23 Juni 2024 - 17:27 WIB

Mengoptimalkan Bisnis Anda dengan Pilihan Internet Bisnis yang Tepat

Selasa, 18 Juni 2024 - 21:50 WIB

OJK-Komisi XI DPR RI Berikan Penyuluhan Waspada Pinjol Ilegal

Jumat, 14 Juni 2024 - 23:50 WIB

Indosat-Google Cloud Perkuat Kerja Sama Strategis Berbasis AI

Senin, 10 Juni 2024 - 19:46 WIB

Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil dan Didukung Kinerja Intermediasi yang Semakin Kuat

Berita Terbaru

Kepala Disparekraf Lampung, Bobby Irawan, ketika diwawancarai awak media. (Foto: Luki)

Lainnya

Disparekraf: Study Tour Boleh Asal Ada Muatan Edukasinya

Senin, 1 Jul 2024 - 13:37 WIB

PJ Gubernur Lampung, Samsudin, ketika diwawancarai awak media. (Foto: Luki)

Lampung

Samsudin Dorong Pelaku UMKM Maksimalkan Peluang

Senin, 1 Jul 2024 - 10:45 WIB

E-Paper

Lentera Swara Lampung | Senin, 1 Juli 2024

Minggu, 30 Jun 2024 - 22:55 WIB